Cita – cita
KETIKA pertama kali menduduki bangku sekolah lanjutan atas, aku, memang bercita-cita menjadi dokter. Namun karena pertibangan biaya kuliah yang terlalu besar, Aku siswi SMA yang pernah mengikuti lomba paskibraka, beralih bercita-cita jadi seorang jurnalis.
Aku anak kedua dari empat bersaudara, saat kecil aku ingin menjdi dokter dan aku pun sering dan senga bermain menjadi dokter – dokteran dengan teman – teman ku. Aku tidak hanya hobi untuk menjadi dokter, hobi ku masih terbawa-bawa saat aku duduk di bangku sekolah dasar.
bakat ku ingin menjadi dokter saat aku mulai terlihat saat aku mendapatkan prestasi yang aku raih di awal-awal aku menduduki bangku sekolah SMAN. Aku berhasil meraih juara .
bakat ku ingin menjadi dokter saat aku mulai terlihat saat aku mendapatkan prestasi yang aku raih di awal-awal aku menduduki bangku sekolah SMAN. Aku berhasil meraih juara .
Tapi, aku yang mampu bercakap bahasa Inggris aku mengatakan, cita-cita aku menjadi dokter sudah aku kubur dalam-dalam. Karena aku menyadari tidak mungkin aku dari keluarga kurang mampu bisa mendapatkan pendidikan sekolah kedokteran yang serba mahal. “Mana mungkin aku bisa melanjutkan pendidikan sekolah kedokteran. Untuk beli buku paket saja sering cicilan,” kata ku.
Aku menyadari profesi orang tua ku yang hanya sebagai karyawan swasta yang hanya mampu membiayayai sekolah kudan saudara ku, aku terpaksa mengalihkan cita-citanya jadi seorang jurnalistik. Aku mengasah keterampilan menjadi jurnalis, Aku belajar menulis cerita pendek (cerpen).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar